Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kesempurnaan

Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kesempurnaan
---
{Janganlah kamu kira bahwa berita itu buruk bagimu, bahkan ia adalah baik bagimu.} [QS. An-Nur:11]

Tidak semua orang jenius dan cerdik meniti perjalanan mereka dengan penuh kegigihan, kerana mereka sadar akan kekurangan akan kekurangan yang ada pada mereka. Banyak ulama yang lahir dari bekas budak, seperti Atha', Said ibn Jubair, Qathadah, al-Bukhary, at-tirmidzi, dan Abu Hanifah

Banyak kalangan cendekiawan [yang kerana luasnya pengetahuan mereka sehingga diibaratkan seperti samudera] yang buta. Misalnya, Abdullah ibn Abbas, Qatadah, Ummi Maktum, al-A'masy, dan Yazid ibn Harun.

Dari kalangan ulama mutakhir ada Syaikh Muhammad ibn Ibrahim Ali asy-Syaikh, Syaikh Abdullah ibn Hamid, dan Syaikh Abdullah ibn Baz. Saya juga membaca biografi orang-orang cerdas dan jenius Arab yang mengalami kekurangan secara fisik. Ada yang buta, ada yang tuli, ada yang pincang, ada yang lumpuh. Namun mereka telah banyak mempengaruhi jalannya sejarah, dan mempengaruhi kehidupan manusia dengaan ilmu dan penemuan ilmiah.

{Dan, menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan.} [QS. Al-Hadid:28]

Pengakuan kelulusan dari perguruan tinggi bukanlah segalanya. Tak perlu bersedih, bingung, dan patah semangat kerana tidak memiliki ijazah S1, S2, atau S3. Ijazah bukan segalanya. Tanpa itu anda masih bisa menciptakan pengaruh, masih bisa bersinar, dan masih bisa mempersembahkan yang terbaik untuk umat manusia. Betapa banyak orang terkenal dan mampu memberikan kontribusi yang sangat besar namun tidak memiliki ijazah formal. Mereka hanya menjalani kehidupannya dengan segala keteguhan hati, kegigihan tekad, dan obsesi yang tinggi. Selanjutnya kita menengok ke masa kini, ternyata banyak sekali orang-orang yang berpengaruh dalam ilmu syariat, dakwah, pendidikan, pemikiran, dan sastra yang tidak memiliki ijazah formal. Misalnya Syaikh ibn Baz, Malik ibn Nabi, al-'Aqqad, ath-Thanthawi, Abu Zahrah, al-Maududi, an-Nadawi, dan yang lainnya.

Dan, masih banyak lagi ulama-ulama salaf, dan para jenius masa lalu yang tidak mungkin disebutkan disini.

Sebaliknya, ribuan pemegang gelar doktor di dunia hanya diam dan tak banyak memberikan kontribusinya.

{Adakah kamu merasakan kehadiran seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar.} [QS. Maryam:98]

Perasaan qanaah [puas dengan pemberian Allah] adalah sebuah kekayaan yang agung. Dalam sebuah hadits disebutkan: ”Terimalah dengan penuh kerelaan apa yang Allah bagikan kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya.”

Terimalah keluarga, pendapatan, kendaraan, anak-anak, dan tugas-tugas anda dengan penuh kerelaan, niscaya anda akan mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan.

Dalam sebuah hadits disebutkan: ”Kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati.”

Kekayaan yang sebenarnya bukanlah kerana banyaknya property, harta dan kedudukan, tapi kerana ketenangan jiwa dan keridhaannya menerima apa yang diberikan Allah.

Sebuah hadits berbunyi: ”Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang kaya, yang bertakwa, dan yang menyembunyikan ketakwaannya.”

Hadits lain berbunyi: ”Ya Allah, jadikan kekayaanya berada di dalam hatinya.”

Ada sesorang bercerita: “Saya pernah naik sebuah mobil dari bandara menuju suatu kota, dengan hanya ditemani seorang sopir. Saya perhatikan sopir itu ceria sekali, ia senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah. Lalu saya tanyakan kepadanya tentang keluarganya. Katanya dia memiliki dua orang istri dan anak lebih dari sepuluh. Sedangkan penghasilannya per bulan hanya delapan ratus real. Dia hanya punya kamar-kamar kuno yang didiaminya bersama keluarganya. Namun dia sangat menikmati kedamaian itu, kerana dia rela dengan apa yang Allah karuniakan kepadanya.”

“Saya tidak habis pikir, ketika saya membandingkan sopir ini dengan orang-orang yang memliki uang jutaan real, di samping istana dan rumah mewah. Tapi mereka hidup susah. Akhirnya saya tahu bahwa kebahagiaan itu tidak terdapat dalam harta.”

Ada juga cerita tentang seorang saudagar besar dan terkenal, yang memiliki milyaran real puluhan istana dan rumah mewah, tapi akhlaknya buruk, hubungannya dengan sesama tidak baik, tabiatnya buruk, dan selalu murung. Dia mati kerana terasing dengan keluarganya, lantaran tidak menerima pemberian Allah dengan penuh kerelaan.

{Kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak [akan Aku tambah], kerana sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami [al-Quran].} [QS. Al-Muddatsir:15-16]

Dalam pandangan Arab kuno, salah satu tanda hati yang tenang adalah ketika seseorang itu menyendiri di tengah gurun dan mengisolasi diri dari kehidupan ramai.

Dalam rangka itu, Abu Dzar berangkat menuju Rabdzah. Sementara Syufyan ats-Tsauri berangan-angan, “Saya merindukan untuk menyendiri di sebuah lembah yang tidak diketahui seorang pun.”

Dalam sebuah hadits disebutkan: ”Hampir tiba waktunya bahwa sebaik-baik harta seorang muslim adalah seekor kambing yang dia tuntun menyusuri tempat-tempat dan gunung-gunung kerana lari menyelamatkan agamanya dari fitnah-fitnah.”

Jika terjadi fitnah, maka jalan terbaik bagi seorang hamba adalah melarikan diri dari fitnah itu. Seperti yang dilakukan oleh Abdullah ibn Umar, Usamah ibn Zaid, dan Muhammad ibn Maslamah setelah terbunuhnya Utsman.

Saya melihat banyak sekali orang yang dilanda kemiskinan, kesengsaraan dan depresi hanya kerana mereka jauh dari Allah. Ada seorang yang dulunya kaya raya dengan harta yang melimpah. Dia dikaruniai kesehatan oleh Rabb-nya dan mendapat kebaikan dari Allah. Namun kemudian dia berpaling dari ketaatannya dari Allah, melalaikan shalat, dan melakukan dosa-dosa besar. Maka, Allah pun mencabut kesehatannya, mempersempit rezekinya, dan mengujinya dengan keresahan dan kebingungan. Hidupnya pun berpindah dari satu kesengsaraan menuju ke kesengsaraan yang lain, dari bencana yang satu menuju ke bencana yang lain.

{Dan, barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.} [QS. Thaha:124]

{Dan, demikianlah [siksaan] itu adalah kerana sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.} [QS. Al-Anfal:53]

{Dan, apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari [kesalahan-kesalahanmu].} [QS. Asy-Syura:30]

{Dan bahwasannya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu [agama islam], benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar [rezeki yang banyak].} [QS. Al-Jin:16]

Saya membayangkan memiliki sebuah keajaiban yang bisa merubah kegelisahan, kegundahan, dan kesedihan itu. Namun dari mana keajaiban itu saya dapatkan? Meski demikian saya memberikan sebuah resep dari para ahli agama. Yakni, sembahlah Yang Maha Pencipta, terimalah rezeki yang ada, terimalah qadha' Allah, berlakulah zuhud di dunia, serta jangan berangan-angan terlalu jauh. Selesai!

Saya sangat kagum kepada seorang ahli psikologi asal Amerika yang bernama William James [seorang bapak ilmu psikologi di kalangan Amerika]. Katanya, “kita manusia, selalu memikirkan apa yang tidak kita kita miliki, dan tidak bersyukur kepada Tuhan atas apa yang kita miliki. Kita selalu melihat sisi gelap dan yang mengerikan dalam kehidupan kita, dan tidak pernah melihat sisi cerah dalam kehidupan kita. Kita selalu bersedih atas kekurangan yang kita miliki dan tidak pernah bahagia dengan apa yang ada pada diri kita.”

{Sesungguhnya jika kamu bersyukur maka Kami akan menambah nikmat kepada kalian.} [QS. Ibrahim:7]

Sedangkan Rasulullah berdoa, Aku berlindung kepada Allah dari jiwa yang tidak pernah merasa puas.”

Dalam hadits disebutkan: ”Orang yang ketika pagi menjadikan akhirat itu sebagai kepedulian utamanya, maka Allah akan menghimpunkan segalanya, menjadikan kekayaannya di dalam hatinya, dan dunia datang kepadanya tanpa dia kehendaki. Sedangkan orang yang ketika menjadikan dunia sebagai kepedulian utamanya, maka Allah akan mengacak-acak urusannya, menjadikan kemiskinannya berada di depan kedua matanya, dan dunia datang kepadanya hanya yang telah dituliskan Allah untuknya saja.”

{Dan, sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka [dapat] dipalingkan [dari jalan yang benar?] } [QS. Al-Ankabut:61]
««
saudaraku..
sentuhlah hati berhentilah pornografi

La Tahzan~!
By;
DR. Aidh Al-Qarni
Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kesempurnaan Kekurangan Bisa Saja Menjadi Kesempurnaan Reviewed by randimahardi on Juni 25, 2011 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Random Posts

ads 728x90 B
Diberdayakan oleh Blogger.